Digitalisasi Pada Eksebisi Film di Indonesia

Fellas, pasti diantara kalian banyak yang sering menonton film di bioskop. Nah di era digital seperti sekarang ini, pernah terpikir gak apasih pengaruh dari digitalisasi itu sendiri terhadap bioskop-bioskop di Indonesia ini? Yuk simak pembahasan berikut :)



Dalam dunia eksebisi film (pemutaran film) sangat diperlukan yang namanya teknologi, teknologi tersebut digunakan untuk memproyeksikan gambar dan mengeluarkan suara. Untuk di bioskop-bioskop saat ini ada yang masih menggunakan teknologi analog dan ada juga yang sudah menggunakan teknologi digital untuk memutarkan film.

Seperti yang sudah saya singgung pada postingan sebelum-sebelumnya, perbedaan antara teknologi analog dan digital itu sendiri bisa kita lihat dari alat-alat yang digunakan dan juga materi pemutaran filmnya.
Teknologi digital dalam bioskop menggunakan alat DCP (Digital Cinema Package). Sistem kerja alat DCP yaitu  menyimpan seluruh film dalam bentuk data dengan format minimal 2048x1040 (2k) dan didukung dengan audio yang berbentuk data juga dengan format WAV.
Sedangkan dalam bioskop analog materi film yang digunakan untuk pemutaran film menggunakan format seluloid film 35mm dengan kualitas 8K ataupun seluloid 8mm (umumnya seluloid 8mm masih digunakan untuk memutar film tahun 1950-1080an yang sering dilakukan oleh pusat pusat kebudayaan dari Eropa) (sumber www.filmindonesia.or.id : Bioskop digital: trend yang sulit ditolak).

Baik teknologi analog maupun teknologi digital memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Salah satu keuntungan menggunakan teknologi digital yaitu dalam proses pasca produksi akan lebih murah dalam biaya produksi dan membutuhkan waktu yang relatif singkat karena dalam proses mastering film akan menggunakan teknologi DCP endcoding yang tidak menggunakan proses yang terlalu rumit. Sedangkan dalam bioskop yang menggunakan teknologi analog harus menggunakan rangkaian proses laboratorium film yang panjang. Hasil akhir dari proses laboratorium ini harus dalam bentuk bahan baku film 35mm atau yang sering dikenal dalam dunia perfilman dengan nama release print. Dalam proses laboratorium film akan menghabiskan biaya yang cukup mahal dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Di Indonesia sekarang ini hanya ada 2 laboratorium sehingga proses laboratorium tidak dapat bekerja dengan efektif. Pada saat pemutaran film di bioskop dengan menggunakan teknologi analog, release print tidak akan cukup hanya 1 copy yaa paling tidak dibutuhkan 7-8 copy release print untuk satu kota. Biaya yang dikeluarkan untuk mencetak 1 copy release print sebesar + US$ 1,500...berarti untuk memenuhi kebutuhan 1 kota dibutuhkan biaya sebesar + US$ 12.000 untuk pemutaran film dengan menggunakan teknologi analog (sumber: www.laweekly.com : Movie Studios are forcing Hollywood to Abandon 35mm Film. But the consequences of going digital are vast, and troubling). Wow jumlah yang fantastis bukan? Tapi....kalau kita menggunakan teknologi digital kita hanya perlu menyiapkan hard disk dan menyimpan film dalam hard disk, dan memberikan hard disk tersebut ke pihak eksebisi film. Jelas lebih efisien daripada teknologi analog..

Well..ada kelebihan dan ada juga kekurangan. Dengan menggunakan teknologi digital pada eksibisi film, ada juga kerugian yang menghantui. Salah satunya adalah terjadinya pembajakan film. Ketika berada di bioskop kita tidak dapat mengontrol siapa saja untuk mengakses hard disk, setiap orang bisa meng-copy film tersebut maka terjadilah pembajak hak cipta oleh orang ketiga. Pembajakan film juga mungkin terjadi pada saat tahap pengiriman materi film ke bioskop, ini adalah salah satu dampak semakin berkembangnya teknologi pasti akan ada orang lain yang akan memanfaatkannya. 
Tapi tenang saja Fellas, teknologi sekarang sudah makin canggih, jadi sudah ditemukan cara untuk menyiasati kemungkinan pembajakan film ketika pemutaran film dalam bioskop digital yaitu dengan menggunakan KDM (Key Delivery Message). KDM adalah teknologi proteksi yang menggunakan nomor angka dalam film, dengan kata lain film hanya bisa dibuka ketika waktu dan tempat sesuai dengan nomor yang ada dalam film tersebut. Apabila pembajakan tetap terjadi maka pemilik film akan mengetahui sumber utama pembajakan tersebut, karena didalam film akan tertera tanggal dan tempat film tersebut berasal.

Dengan ini bisa dikatakan bahwa teknologi digital selangkah lebih maju dibandingkan dengan teknologi analog. Teknologi digital dalam eksibisi bukan  baru terbentuk tapi berkembang secara bertahap dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Dalam teknologi digital di bioskop terdiri dari beberapa unsur yang mendukung antara lain proyektor yang memproyeksikan visual ke penonton dan tata suara yang mendukung dan juga layar yang mendukung. Ketiga hal tersebut harus saling mendukung, ketika salah satu point sudah menggunakan digital maka pendukung yang lain harus berbentuk digital juga untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Bioskop dengan sistem teknologi analog di Indonesia sudah ada sejak tahun 1900-an, untuk itu mengubah bioskop analog menjadi bioskop digital bukanlah hal yang mudah. Perubahan bioskop dengan menggunakan teknologi digital akan membutuhkan dana yang cukup besar, karena akan merubah teknologi yang sudah ada dalam bioskop tersebut dari proyektor dan juga tata suara. Tapi perubahan ini akan menjadi awal invetasi baru yang akan bisa digunakan sampai 5-10 tahun kedepan. Dan pada akhirnya teknologi digital akan memberikan hasil yang baik dan dapat memuaskan masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi digital akan terus berkembang dengan dinamis dan cepat.  Sebagai masyarakat yang berada dalam perkembangan teknologi tersebut kita juga harus mengikuti perkembangan tersebut, jangan sampai kita tertinggal dalam perkembangan teknologi. Pada dasarnya teknologi berkembang untuk mempermudah kita dalam dalam kegiatan, semakin efektif, produktif  dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan. Kita harus bisa mengoptimalkan penggunaan teknologi tersebut sebaik mungkin sehingga dapat memberikan dampak yang baik untuk kita.
Be Smart, Fellas! Salam Digital




















Sumber : http://komunikasi.us/

Unknown

Hi there! You just read Digitalisasi Pada Eksebisi Film di Indonesia. Thank you for stopping by, hope you enjoy & find this article useful+helpful. Cheers! ☺♥

No comments:

Post a Comment

Ada komentar? Silakan tulis dengan sopan ya.. Terimakasih ☺

Powered by Blogger.