Bagi anak-anak nonton yang rajin mondar mandir bioskop buat check-in path mantengin film-film hollywood terbaru pasti udah gak asing lagi sama teknologi 3D dalam perfilman. Iya ituloh yang nontonnya mesti pake kacamata khusus gitu... Dibioskop-bioskop sendiri ada macem-macem nih teknologi 3D yang digunakan, diantaranya IMAX 3D, RealD 3D dan Dolby 3D. PNah, pada posting kali ini saya spesialkan-khususkan-istimewakan untuk membahas Dolby 3D. Jadi, naon teh Dolby 3D eta?
Perkenalan dulu, Dolby 3D ini merupakan teknologi 3D terbaru, dan bila dilihat dari segi 3D, teknologi ini adalah teknologi terbaik untuk menonton film 3D. Kaca mata polarisasi yang digunakan lebih mahal daripada kaca mata IMAX atau Real 3D tetapi sangat bermanfaat. Kaca mata ini menggunakan polarisasi 3 warna yang terlihat dari kacamatanya (merah, hijau, hitam) yang menggunakan lensa khusus sehingga harganya lebih mahal. Setiap lensa pada kaca mata Dolby 3D mempunyai beberapa lapisan yang berbeda untuk memfilter cahaya frekwensi tertentu. Lensa tersebut juga akan menghasilkan efek 3D yang lebih baik. Dengan Dolby 3D maka kemungkinan akan terjadinya sakit kepala akan berkurang, tetapi masih sedikit bioskop yang menggunakan teknologi ini...
Detail
DOLBY 3D
Dolby 3D menggunakan proyektor Dolby Digital Camera yang dapat menampilkan film 2D dan 3D. Untuk memutar film 3D diperlukan alternate color wheel yang mempunyai tambahan filter merah, hijau dan biru dari color wheel yang biasa ada. Tambahan filter ini akan menghasilkan color gamut seperti pada 3 filter warna yang standart tetapi cahaya dikirim dengan panjang gelombang yang berbeda.
Dolby 3D menggunakan proyektor Dolby Digital Camera yang dapat menampilkan film 2D dan 3D. Untuk memutar film 3D diperlukan alternate color wheel yang mempunyai tambahan filter merah, hijau dan biru dari color wheel yang biasa ada. Tambahan filter ini akan menghasilkan color gamut seperti pada 3 filter warna yang standart tetapi cahaya dikirim dengan panjang gelombang yang berbeda.
Bioskop Dolby 3D Digital menggunakan teknik polarisasi yang digabung dengan filter warna khusus untuk menghasilkan gambar 3D yang lebih baik. Dolby 3D tidak memerlukan layar khusus untuk menjalankan polarisasi tetapi kaca mata yang digunakan lebih mahal. Seperti pada RealD 3D, penonton dapat menggerakan kepalanya dan hampir tidak memiliki efek ghosting.
Dibandingkan
dengan teknologi 3D yang lain, Dolby 3D memliki gambar yang lebih tajam, lebih
jelas, contrast dan warna lebih hidup khususnya untuk tampilan pada adegan yang
gelap. Keuntungan utama dari teknologi 3D ini dibandingkan dengan RealD 3D
adalah teknologi Dolby 3D dapat dijalankan dengan menggunakan layar
konvensional / standar.
Cara Kerja Dolby 3D
Dolby 3D memakai teknik ‘wavelenght triplet‘ yg asalnya dikembangkan oleh perusahaan Infitec dari Jerman. Di dalam projector Digital Cinema, umumnya memakai DLP dng tiga warna primer, yaitu merah-hijau-biru atau sering disingkat dng RGB (Red, Green, Blue). Dengan Dolby 3D, ketiga panjang gelombang (pada masing2 warna dasar) dibagi lagi menjadi dua. Sehingga terdapat warna merah utama dan merah dng panjang gelombang sedikit bergeser di bawah merah yg utama. Begitu juga dng yg biru dan hijau memiliki ‘kembarannya’ dng panjang gelombang sedikit dibawah. (lihat gambar)
pembagian panjang gelombang cahaya pada RGB
pembagian panjang gelombang cahaya pada RG |
Nah, warna RGB yg utama akan menampilkan gambar-kanan sedangkan RGB yg sedikit dibawah panjang gelombang RGB utama akan menampilkan gambar kiri. Selanjutnya setelah diproyeksi ke layar putih yg pada umumnya di gedung2 bioskop, penonton akan memakai kacamata khusus. Dimana filter ini kacamata yg kiri sesuai dng panjang gelombangnya.
Karena Dobly 3D memakai satu projektor saja, maka frame gambar kiri dan kanan ditampil bergantian. Jangan kuatir akan terlihat kedipan selama menonton film 3D, karena pergantian frame (frame rate) sangat cepat yaitu 144 frame/detik atau masing gambar kiri atau kanan mendapat 72 frame/detik (bandingkan dng projector celuloid – 24 frame/detik). Dan urutan gambar kiri dan kanan yg sangat tinggi itu hanya terjadi di sisi projector saja, tidak pada kacamata penonton. Ingat, kacamata penonton tetap bersifat pasif.
Agar saat gambar kiri menghasilkan panjang gelombang yg sedikit begeser, maka projector memerlukan modifikasi kecil dng menambahkan filter berbentuk cakram. Cakram ini berputar persis di depan lampu projektor sebelum ‘image device’- DLP. Cakram terdiri dari dua filter warna yg akan mempengaruhi panjang gelombang cahaya putih dari lampu projector. Rotasi filter cakram akan diselaraskan dng tampilan gambar kiri-kanan yg bergantian di DLP. (Lihat gambar)
projectordolby 3D
Dengan teknik Dolby 3D, pemilik bioskop (yg sdh ber-Digital CInema, tentunya), tidak perlu mengubah layar atau menambah projector hanya sekedar untuk memutar film 3D saja. Bila ingin memutar kembali film 2D, cukup melepas atau menggeser (secara elektronik) filter carkram tsb dari lampu projektor.
Dolby 3D, filter spektrum warna diletakkan di dalam badan proyektor |
Jika kita amati cara kerja dolby 3D:
– mirip gabungan antara teknik anaglyph (yg memanfaatkan spetrum warna) dan teknik LCD shutter (yg ingin memanfaatkan satu projector saja). Namun berbeda dng anaglyph, disparity image yaitu gambar rangkap 2 yg terpisah krn adanya beda paralax akan berwarna merah dan cyan berdampingan, sehingga dng anaglyph membuat warna film selama pertunjukan 3D menjadi terdistorsi. Hal ini tidak terjadi di Dolby 3D, krn masing2 mata tetap mendapatkan spektrum warna yg utuh & lengkap.
– prosess pengiriman gambar stereoskopis ke penonton terjadi pada proses akhir presentasi film, yaitu di projektor gedung bioskop. Artinya, film/gambar 3D yg memuat informasi stereoskopik (kiri & kanan) apasaja dpt ditampil dng Dolby 3D. Ini juga meringankan si pembuat film 3D yg tidak perlu memikirkan teknik akhir penyajian tiga dimensi pada penonton.
Kaca mata Dolby 3D
Kacamata ini memang tidak sesederhana bila dibandingkan dng kacamata anaglyph ataupun kacamata polarisasi. Dilapisi dng beberapa lapisan (coating) dng teknik yg sangat presisi dan agar tidak terjadi bocor dan memfilter sesuai panjang gelombang cahaya yg diproduksi oleh projektor. Bila dilihat sepintas, coating-nya mirip lensa kamera (emas keperakan), dan tidak segelap pada kacamata hitam (sun glasses).
Kita amati ketika memakai kacamata dolby 3D, cobalah memejamkan mata kanan maka mata kiri akan melihat gambar (kiri) yg sedikit lebih pucat dan berwarna dingin. Sebaliknya bila kita memejamkan mata kiri, maka gambar kanan lebih terlihat saturated dan berwarna lebih hangat. Namum perbedaan tsb sangat halus. Boleh dikatakan hampir tidak terasa pada beberapa orang.
Lalu bagaimana dengan harganya? Well.. memang Kacamata Dolby 3D lebih mahal (harganya sekitar $ 40) dari pada kaca mata anaglyph ataupun polarized(sekitar $1 hingga $5) tetapi tidak semahal LCD shutter glasses (lebih dari $ 100), krn kacamata Dolby 3D tetap pasif alias tidak ada rangkaian elektroniknya. Namun masih mahal untuk diberikan secara cuma-cuma kepada penonton usai pertunjukan. Makanya gedung biokop dan kacamata dilengkapi sensor anti-curi (he he he), alarm di pintu akan berbunyi bila kacamata dibawa keluar dari ruang theater bahkan untuk ke WC sekalipun.
Kacamata dilengkapi anti-curi dengan bingkai plastik dan filter kaca |
Seandainya Dolby 3D menjadi umum dikemudian hari, semoga kacamata ini dapat dibeli bebas
>>>>>>>>>>>>>>>> What's Important <<<<<<<<<<<<<<<<<
Kekurangan : Kacamatanya lebih berat karena dipasang chip anti-pencurian karena harganya mahal.
Pengguna : Cinema XXI
No comments:
Post a Comment
Ada komentar? Silakan tulis dengan sopan ya.. Terimakasih ☺